Sugiarto's Blog

Berbagi Informasi dan Pengetahuan untuk Mencerdaskan Kehidupan Bangsa

Pola Strategi dan Kebijakan dalam Membangun Keunggulan Kompetitif Agribisnis Jawa Timur

Posted by sugiartoagribisnis pada 1 Desember 2012

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Era globalisasi merupakan fenomena yang tidak dapat dihindarkan oleh hampir seluruh negara di dunia. Dalam era ini, batas antar negara dalam ekonomi menjadi semakin nisbi sehingga dikotomi antara pasar domestik dan pasar dunia menjadi semakin tidak relevan. Globalisasi ekonomi ini mau tidak mau mendorong persaingan usaha yang semakin ketat. Ketatnya persaingan usaha ini menuntut setiap negara untuk dapat meningkatkan daya saing sebagai modal dasar dalam menghadapi dunia yang semakin kompetitif. Salah satu pendekatan utama dalam mengatasi tantangan era globalisasi yang semakin dinamis adalah peningkatan daya saing di tingkat daerah sebagai dasar pertumbuhan nasional.

Daya saing daerah mempunyai arti yang sama dengan daya saing nasional. Suatu daerah yang mampu bersaing dengan daerah lain dalam memproduksi dan memasarkan barang dan jasanya disebut mempunyai daya saing tinggi. Sayangnya, peningkatan daya saing lebih mudah dikatakan daripada diwujudkan. Kebijakan domestik seringkali menjadi pisau bermata dua yang jika dimanfaatkan secara benar dapat meningkatkan daya saing. Sebaliknya, jika disalahgunakan akan dapat menghasilkan akibat yang bertolakbelakang.

Kebijakan otonomi daerah termasuk salah satu contoh jenis kebijakan domestik yang pelaksanaan seringkali masih dipandang dan dikelola dengan cara yang salah. Wewenang besar yang diperoleh daerah tidak jarang menyebabkan arogansi yang menghambat terjadinya koordinasi antar daerah, baik secara vertikal maupun horizontal, dalam rangka efisiensi penyediaan sarana publik. Padahal, implementasi kebijakan otonomi daerah berangkat dari suatu keyakinan bahwa kebijakan tersebut dapat memberikan ruang kebebasan kepada daerah untuk menyusun sendiri program-program kerja dan anggarannya sesuai dengan potensi, kebutuhan, dan kemampuan daerah. Dengan kewenangan yang dimiliki akan mendorong daerah untuk dapat memanfaatkan potensi masing-masing daerah yang tersedia secara optimal

Pembangunan sektor agribisnis tidak terlepas dari masalah dilematis di atas. Hal ini dikarenakan sektor agribisnis merupakan salah satu potensi besar yang dimiliki setiap daerah sehingga pengembangan sektor ini dijadikan sebagai upaya dalam pengembangan perekonomian daerah yang paling efektif. Namun, dampak negatif otonomi daerah dapat menghambat pengembangan sektor agribisnis bahkan dengan tingkat komplikasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan sektor lain.

Dengan posisi sektor agribisnis yang dijadikan sebagai sektor unggulan (leading sector) dalam pertumbuhan daerah maka setiap daerah ditantang untuk dapat berbenah diri menghadapi era persaingan yang tidak hanya bersifat lokal tetapi juga bersifat global dengan memberi lingkungan paling kondusif bagi pengembangan agribisnis. Oleh karena itu, setiap daerah memiliki strategi-strategi untuk membangun keunggulan kompetitif di sektor agribisnis untuk unggul di tingkat regional maupun internasional guna menunjukkan usaha yang paling kompetitif, yang dikenal dengan istilah dayasaing daerah.

Dalam membangun keunggulan kompetitif pada sektor agribisnis tentunya tidak terlepas dari kondisi ekonomi baik di level domestik, regional maupun global. Saat ini kondisi ekonomi global dihadapkan pada persoalan yang sangat rumit yaitu krisis finansial yang melanda sektor perbankan kemudian menjalar pada capital market dan pada akhirnya berdampak pada sektor riil. Adanya krisis finansial yang melanda perekonomian dunia sudah tentu menuntut suatu negara menyusun kembali pemikiran, strategi dan implementasi. Krisis finansial global ini mampu menciptakan pertumbuhan ekonomi di berbagai negara-negara berada pada zona negatif.

Indonesia yang memiliki jumlah penduduk sekitar 220 juta jiwa mampu menjadi pasar domestik yang potensial. Menghadapai dampak krisis finansial global ini, Indonesia relatif beruntung dibandingkan beberapa negara lain, karena mampu mencetak pertumbuhan positif di tahun 2009. Hal ini disebabkan struktur perekonomian Indonesia ditopang oleh populasi yang cukup besar dan pendapatan per kapita yang semakin meningkat.

 

Selengkapnya dapat diunduh di sini

Tinggalkan komentar